Berita

Saran Pakar ITB Untuk Mengatasi Kekeringan di Bandung


Oleh Humas Perumda Air Minum Tirta Raharja 12 Okt 2018 | Dibaca : 2.383 Kali

Musim kemarau yang saat ini sedang terjadi di wilayah Bandung dan sekitarnya mengakibatkan debit air Situ Cileunca dan Cipanunjang di Pangalengan semakin menyusut. Padahal 2 (dua) situ tersebut adalah pemasok air baku utama bagi PDAM Kota Bandung, yakni sekitar 60-70 persen pasokan air PDAM Kota Bandung mengandalkan dari Situ Cileunca dan Cipanunjang.

Dua situ tersebut juga merupakan pemasok air baku bagi PDAM Kabupaten Bandung. Akibat menyusutnya debit air ini tentunya menyebabkan terjadinya gangguan distribusi air bersih dari PDAM kepada para pelanggannya.

Menurut izin pemanfaatan air Sungai Cisangkuy untuk PDAM Kota Bandung adalah sebesar 1800 liter/detik, akan tetapi realisasinya adalah 1400 liter/detik. Dan untuk SIPA PDAM Kabupaten Bandung adalah sebesar 500 liter/detik, akan tetapi pada realisasinya adalah sebesar 200 liter/detik.

Dr. Mariana Marselina S. ST, MT., dan Prof Arwin Sabar dari Kelompok Keahlian Teknologi Pengelolaan Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB mengungkapkan bahwa apabila dilihat dari realisasi ijin pemanfaatan saja sebenarnya sudah kurang untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Terlebih lagi jika terjadi penyusutan debit air akibat musim kemarau seperti saat ini.

Masalah lainnya dalam pemenuhan air baku adalah akibat operasional waduk yang bergantung pada operasional PLTA, yang mana PLTA ini mempunyai jam puncak pada jam 18.00 - 22.00 WIB. Untuk memenuhi jam puncak ini tidak menutup kemungkinan terjadinya semacam “penahanan” air baku, dimana kondisi ini mempengaruhi infrastruktur di-downstream salah satunya adalah sebagai suplai air baku untuk kebutuhan air minum yang mestinya terpenuhi terus menerus secara kontinyu.

Menurut Dr. Marselina, sedikitnya ada 3 faktor yang dapat menjadi penyebab Situ Cileunca dan Situ Cileunca mengering. Yang pertama adalah akibat tata guna lahan di DAS Cisangkuy yang tergolong kritis dan juga ditambah kondisi cuaca ekstrim sehingga ketika basah akan semakin basah dan ketika kering akan semakin kering.

Yang kedua adalah akibat pengelolaan situ atau waduk yang kurang optimal. Waduk yang semestinya berfungsi sebagai penampung ketika hujan dan dimanfaatkan ketika musim kemarau tidak berjalan sebagaimana mestinya.

"Sebetulnya kan idealnya seperti itu. Pengelolaan waduk harusnya mengikuti pengelolaan optimal, penelitian kami biasanya berdasarkan PP 37/2010 dimana pengelolaan waduk mengikuti lintasan pedoman kondisi kering, normal, dan basah. Lintasan pedoman mengatur berapa air yang harus dikeluarkan di sana tiap bulan berdasarkan kondisi di tahun tersebut, jadi mesti dikelola optimal," ujar Dr. Marselina. Terlebih lagi, SItu Cileunca dan Cipanunjang tergolong waduk series, pengelolaan optimalnya juga harus memperhatikan kondisi situ di atasnya atau situ sebelumnya.

Yang ketiga adalah akibat equal sharing pemanfaatan situ yang harus diperatikan lagi antara fungsi waduk sebagai sumber air baku bagi PDAM, Pembangkit Listrik Tenaga Air dan juga irigasi. Akan tetapi, Dr. Marselina memprediksikan bahwa mulai November ini akan terjadi penambahan debit air kembali karena sudah masuk pada musim penghujan secara siklus hidrologi.

Mencari Sumber Air Lain 

Mengingat kebutuhan air baku yang dari waktu ke waktu akan semakin meningkat, sedangkan pasokan air dari sumber sekarang terbatas, Dr. Marselina menyarankan agar PDAM Kota Bandung perlu mencari sumber air baku lain. Namun dengan syarat, kualitas air tersebut tetap harus nomor satu karena nantinya akan digunakan oleh pelanggan sebagai air minum.

"Membangun waduk baru bisa menjadi solusi tapi butuh waktu dan biaya lebih mahal. Jadi lebih baik mengoptimalkan sumber air yang sudah ada dulu, misalnya dari mata air, namun tetap harus memperhatikan kualitas sumber air karena mau dibeli dan dikonsumsi masyarakat" ujar Dr. Marselina.

Pada kondisi sedang kekeringan seperti saat ini, Dr. Marselina berharap bahwa masyarakat harus bisa menggunakan air secara lebih bijak, menghargai air bersih sebagai sesuatu yang mahal, menggunakan air bersih seoptimal mungkin dan apabila ada kesempatan atau memungkinkan untuk melakukan konservasi air secara individu seperti membuat sumur resapan atau penampungan air hujan misalnya.

  • Reporter: Adi Permana
  • Dimuat di: https://www.itb.ac.id/news/read/56837/home/solusi-kekeringan-di-bandung-pakar-itb-sarankan-optimalkan-pengelolaan-waduk
  • Ahmad Fadil - Selasa, 9 Oktober 2018, 08:58:30